Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia. (sumber: AFP)
Ini jelas sebuah ironi. Kalau untuk Liverpool saja bisa, mengapa untuk mendukung kontingen Olimpiade Indonesia tidak mau

Perusahaan penerbangan nasional, Garuda Indonesia, ternyata menjadi sponsor klub Liverpool setelah menolak mengangkut kontingen Indonesia ke Olimpiade 2012 di London karena tidak tercapainya titik temu dengan Garuda.

Sebanyak 21 atlet kontingen Indonesia diangkut perusahaan penerbangan Qatar Airways bukan Garuda Indonesia Airways yang merupakan badan usaha miilik negara (BUMN).

Sekretaris Fraksi Partai Gerindra di DPR Edhy Prabowo dalam keterangannya yang diperoleh di Jakarta, Kamis menilai, tak ada alasan kuat bagi perusahaan milik negara itu untuk tidak mau terlibat mendukung kontingen Olimpiade Indonesia.

Apalagi, hampir bersamaan dengan polemik ini, muncul berita bahwa Garuda Indonesia menjadi sponsor dari klub sepakbola Liverpool yang berbasis di Inggris.

"Ini jelas sebuah ironi. Kalau untuk Liverpool saja bisa, mengapa untuk mendukung kontingen Olimpiade Indonesia tidak mau?" tuturnya.

Menurut Edhy, Olimpiade merupakan acara olahraga tingkat internasional. Jika tim Indonesia mendapatkan emas, maka Garuda pasti akan ikut dikenal.

Karena itu, Garuda seharusnya melihat ada dua keuntungan bila mereka terlibat dalam kontingen Olimpiade. Pertama, sebagai bentuk promosi dan kedua untuk mendukung urusan negara.

"Strateginya akan sama dengan sponsor untuk Liverpool. Tim Indonesia akan dilihat seluruh dunia. Maka, saya minta manajemen Garuda mau mempertimbangkan kembali pemberian dukungan untuk tim Olimpiade kita," tutur anggota Komisi VI DPR tersebut.

Edhy mengatakan, Garuda bisa menggunakan UU Perseroan Terbatas sebagai acuan untuk mewajibkan BUMN mengalokasikan sebagian keuntungannya bagi program sosial dan lingkungan. Dengan demikian, Garuda tanpa embel-embel sponsor bisa wajib mendukung kontingen Indonesia.

Sayangkan Sementara itu anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Reni Marlinawati Amin juga menyayangkan sikap Garuda Indonesia yang enggan memberikan dukungan terhadap kontingen Indonesia untuk mengikuti Olimpiade di London.

Menurut dia, sikap itu bertentangan dengan semangat nasionalisme yang seharusnya diutamakan Garuda Indonesia sebagai BUMN.

Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa Marwan Jafar mengatakan, agar tak berlarut-larut, maka seharusnya pemerintah turun tangan menyelesaikan masalah ini.

Garuda ada di bawah Kementerian BUMN, sementara kontingen Indonesia juga didukung Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga.

"Ini urusannya antarpemerintah sendiri. Pemerintah harus saling koordinasi. Garuda punya negara. Di situ ada menteri BUMN, ada Menpora. Kerja sama saja bisa toh," jelas anggota Komisi V DPR tersebut.

Pejabat Sementara (Pjs) Deputi Bidang Infrastruktur dan Logistik Kementerian BUMN, Harry Susatyo menyatakan jalinan kerja sama itu tidak semudah membalik telapak tangan. Kementerian BUMN mengatakan persoalan terlibat atau tidaknya Garuda Indonesia sebagai sponsor tim Olimpiade merupakan kebijakan manajemen perseroan.

Meski pemerintah memiliki saham dominan di BUMN, kata Harry, kementerian tidak berhak mendikte langkah yang diambil perseroan.

"Setahu saya, kebijakan tentang sponsorship diserahkan kepada masing-masing BUMN," ujarnya.

Harry menegaskan, kementerian tidak bisa ikut campur dalam urusan ini.

Menurut dia, posisi Kementerian BUMN jelas hanya sebagai penasihat semata.

"Yang bisa dilakukan oleh Kementerian BUMN sebatas menyarankan, agar kegiatan sponsorship Garuda bisa lancar, harus ada evaluasi tentang cabang-cabang yang akan disponsori," ungkapnya.

Belum terima surat Sementara itu, Vice President Corporate Communication Garuda, Pudjobroto, berdalih perusahaannya belum menolak untuk menerbangkan kontingen Indonesia ke London. Demikian pula, Garuda tidak menolak untuk menjadi mensponsori kontingen RI.

Hanya saja, menurut dia, Garuda belum menerima proposal resmi dari kontingen Olimpiade.

"Surat resmi belum kami terima," ungkapnya.

Menyoal dukungan Garuda ke klub Liverpool, Pudjobroto mengatakan bahwa hal itu merupakan langkah strategi pemasaran Garuda.

Dukungan bagi Liverpool akan memancing pendukung klub tersebut untuk lebih mengenal Garuda. Liverpool kini memiliki 10 juta fans yang rata-rata berada di negara tempat Garuda membuka rute penerbangan, seperti China, Jepang, dan Australia. Dengan kerja sama itu, Garuda bisa lebih dikenal di dunia internasional.

Apa pun alasannya, Ketua Umum KOI Rita Subowo menyayangkan atlet Indonesia gagal berangkat menggunakan maskapai dalam negeri. Padahal, kata Rita, berangkat dengan perusahaan dalam negeri akan lebih memberikan kesan kebanggaan dan nasionalisme.

"Ada kebanggaan bila kita berangkat menggunakan flag carrier," jelas Rita.

Sejatinya, ungkap Rita, bukan persoalan dana sponsor yang membuat Garuda urung menjadi mitra kontingen Indonesia.

"Toh, kami bersedia bayar kepada Garuda sama halnya dengan kita bayar ke Qatar," katanya.

Namun, kata dia, pihak Garuda menyodorkan tarif yang "selangit", sehingga kontingen Indonesia akhirnya memilih menggunakan pesawat luar negeri.